Rina's fiLe

Sistem Informasi Psikologi

Rabu, 21 April 2010

Semmantic Differensial Technique (Osgood Scale)

Dikembangkan oleh Charles E. Osgood, G. J. Suci, dan P. H. Tannembaum pada tahun 1975. Mereka mengembangkan suatu cara pengukuran Makna Kata yang kemudian mereka beri nama sebagai Teknik Beda Semantik (Semmantic differensial Technique). Teknik ini dapat dimanfaatkan sebagai salah satu sarana pengukuran psikolog idalam berbagai aspek, seperti aspek dalam bidang kepribadian, sikap , komunikasi, dan sebagainya. Pada teknik ini, responden tidak diminta untuk memberikan respon setuju atau tidak setuju, akan tetapi justru diminta untuk langsung memberikan bobot penilaian mereka terhadap suatu stimulus.
Selain itu, teknik ini tidak menggunakan pendekatan stimulus maupun pendekatan respon, akan tetapi teknik menggunakan Kata Sifat sebagai karakteristik stimulus yang disajikan kepada responden. Kata Sifat tersebut memiliki 3 Dimensi Utama yaitu Evaluatif, Potensi, dan Aktivitas.

Dimensi Evaluatif, misalnya: baik-buruk, cantik-jelek.
Dimensi Potensi, misalnya: aktif-pasif, cepat-lambat.
Dimensi aktivitas, miaslnya: kuat-lemah, berat-ringan.
Dengan memilih serangkaian kata sifat yang menunjukan cirri atau karakteristik dari objek sikap (konsep), maka hal ini dapat diikuti oleh kontinum psikologis. Kedua kutubnya berisi kata sikap yang berlawanan. Objek sikap tidak harus berupa stimulus tunggal dalam skala. Komponen objek sikap dapat juga memiliki banyak aspek. Setiap aspek dapat digunakan sebagai stimulus, sehingga objek sikap yang satu dengan skala beda semantik ini akan menghasilkan beberapa stimulus.
Skala Osgood didasarkan pada anggapan bahwa sebuah objek memiliki dimensi pengertian konatif yang bisa ditempatkan pada rentang cirri multidimensi, yang disebut Semmantic Space.




Langkah-langkah dalam perancangan skala Osgood sebagai berikut:
1. Tentukan secara tegas sikap terhadap objek yang akan diukur.
2. Susun item-item yang bentuknya lebih sederhana dari skala Likert. Setiap item terdiri dari 2 kutub yang berlawanan.
3. Setiap responden harus menentukan posisi jawabannya.
4. Jawaban responden kemudian diberi skor dan semua skor dijumlahkan .
5. Tentukan secara statistikskor terbesar, skor terkecil, rata-rata skor, median, dan kuartil.
Dibandingkan dengan skala Likert, penilaian terhadap skor pada metode ini bisa lebih mendalam sebab skornya dianggap mempunyai tingkat pengukuran interval. Jadi bisa dihitung rata-rata dan simpangan baku dari hasil pengumpulan data dari para responden.

Sumber : Penyusunan skala psikologi, Sarifudin Azwar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar